Telusuri

Rabu, 05 Agustus 2009

PSIKOLOGI KELOMPOK

PENGANTAR
A. Psikologi Kelompok – Psikologi Sosial

1. Psikologi Kelompok
􀂃 Agregrat : karakteristik tertentu, tidak saling mengenal atau pun berinteraksi
􀂃 Audiens : melakukan hal yang sama disatu waktu, tidak saling mengenal dan kurang berinteraksi
􀂃 Crowd : kedekatan secara fisik, berinteraksi terhadap suatu stimulus atau situasi umum
􀂃 Tim : berinteraksi secara teratur, aktivitas atau tujuan tertentu
􀂃 Keluarga : diikat oleh hubungan kelahiran atau ikatan hukum, biasanya tinggal dalam suatu tempat
􀂃 Organisasi formal : saling bekerja sama, berstruktur jelas, adanya tujuan bersama

2. Psikologi Sosial
􀂃 Individu
􀂃 Kelompok
􀂃 Interelationship : - diantara individu - diantara kelompok

B. Pengertian Kelompok
1. Interaksi Interpersonal
a) Homans (1950) : kelompok adalah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyak, sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.
b) Bonner (1959) : kelompok adalah sejumlah individu yang berinteraksi dengan individu yang lain.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.

2. Persepsi Keanggotaan
a) Smith (1945) : kelompok sosial adalah satu unit yang terdiri dari sejumlah organisme yang mempunyai persepsi kolektif tentang kesatuan mereka dan mempunyai kemampuan untuk berbuat dan bertingkah laku dengan cara yang sama terhadap lingkungan
b) Bales (1950) : kelompok kecil adalah sejumlah orang yang berinteraksi secara langsung dimana masing-masing anggota menerima persepsi dan impresi pertama dengan yang lain dan memberi reaksi satu dengan yang lain.

3. Kesaling tergantungan
a) Lewin (1951) : konsep tentang kelompok sebagai satu dinamika haruslah memasuki definisi tentang kesaling tergantungan anggota.
b) Friedler (1967) : kelompok itu adalah individu yang mempunyai takdir bersama dimana jika satu kejadian mempengaruhi seseorang dalam kelompok maka anggota lain akan terpengaruh.
c) Cartwright dan Zender (1968) : kelompok itu sekumpulan individu yang mempunyai hubungan antar anggota yang satu dengan yang lain yang membuat mereka saling tergantung dalam tingkatan tertentu.

4. Tujuan
a) Mills (1967) : kelompok adalah satu unit yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang bekerja sama atau melakukan kontak untuk
mencapai satu tujuan dan yang mempertimbangkan kerjasama
diantara kelompok sebagai satu yang berarti.
b) Freedman (1936) : orang masuk dalam kelompok antara lain dalam
rangka mencapai tujuan kelompok tersebut.

5. Motivasi
a) Catell (1951) : kelompok adalah sekumpulan organisme yang saling berhubungan satu dengan lain untuk memenuhi kebutuhan tiap anggota.
b) Bass (1960) : kelompok adalah sekumpulan individu dimana keberadaannya sebagai kelompok menjadi reward.

6. Organisasi Terstruktur
a) Mc David dan Harari : organisasi sebagai kelompok adalah sistem terorganisasi dimana ada dua orang atau lebih individu yang berhubungan dalam fungsi yang sama, mempunyai seperangkat standar tentang hubungan peran anggota dan mempunyai morma
yang mengatur tingkah laku anggota kelompok.
b) Sherif dan Sherif (1959) : kelompok adalah unit sosial yang ditandai sejumlah individu yang mempunyai status, hubungan peran, norma tertentu yang semuanya itu mengatur tingkah laku anggota kelompok.
c) Stogdill (1959) : satu sistem interaksi terbuka dimana pola interaksi
tersebut ditentukan oleh struktur sistem tersebut.

7. Mutual Influence
a) Shaw (1979) : dua atau lebih individu yang berinteraksi satu
dengan yang lain dimana masing-masing anggota mempengaruhi
satu dengan yang lain.

Defini Lain:
Baron & Byrne (1979) : kelompok memiliki 2 tanda psikologis, yaitu
pertama, adanya sense of belonging ; kedua, nasib anggota kelompok
tergantung satu sama lain sehingga hasil setiap anggota terkait dengan
anggota yang lain.
Forsyth (1983) : kelompok adalah dua atau lebih individu yang saling
mempengaruhi melalui interaksi sosial.
Cartwright & Zander (1968) : kelompok adalah kumpulan individu yang saling berhubungan sehingga saling bergantung pada derajat tertentu.

Karakteristik Kelompok
1. Interaksi interpersonal → mutual influence
2. Struktur → roles, norm, intermember relations
3. Tujuan → motivasi
4. Persepsi kekelompokan → merasa sebagai satu entitas (kesatuan yangtunggal)
5. Kesalingtergantungan

C. Dinamika Kelompok
Tokoh yang mempopulerkan istilah dinamika kelompok adalah Kurt Lewin, yaitu
mengacu pada apa yang terjadi dalam situasi kelompok. Lewin penganut
Psikologi Gestalt. Kelompok harus merupakan sebuah gestalt, yaitu sebuah
konfigurasi yang mempunyai sebuah sistem kesatuan yang tidak dapat dipahami
jika hanya merupakan satuan.
f : function
P : personal
E : environment
Perilaku kelompok dapat dilihat dari interaksi karakter personal dan interaksi
faktor-faktor lingkungan.
Menurut Kurt Lewin, syarat dinamika kelompok ada 3, yaitu :
1. Berawal dari level kelompok → level individu
2. Fokus pada variabel-variabel yang ada saat ini
3. Mewakili kekuatan yang ada dalam situasi kelompok
Sedangkan, menurut Cartwright dan Zander (1968) dinamika kelompok
merupakan bidang penelitian yang ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan
tentang kelaziman kelompok, hukum-hukum perkembangan dan hubungan
dengan individu, kelompok lain dan institusi yang lebih besar.
B = f (P, E)

D. Orientasi Teoritis Dalam Dinamika Kelompok
Efektivitas kelompok dipengaruhi:
1. Tujuan → mudah dimengerti oleh anggota kelompok, relevan dengan
kebutuhan anggota, mengisyaratkan saling ketergantungan dan
membangkitkan komitmen tingkat tinggi dari anggota untuk mencapainya.
2. Anggota harus mengkomunikasikan ide-ide dan perasaan
3. Partisipasi dan kepemimpinan harus terdistribusikan antar anggota
􀂾 Tanggung jawab
􀂾 Semua orang terlibat dalam pekerjaan kelompok, setia terhadap kebutuhan kelompok dan puas terhadap keanggotaannya
􀂾 Sumber daya (potensi anggota dimanfaatkan)
􀂾 Meningkatkan kohesivitas kelompok
4. Prosedur pengambilan keputusan → tepat dan fleksibel
5. Kekuasaan dan pengaruh → keahlian kemampuan
6. Konflik → kontroversi ide / opini
Pemicu : - kebutuhan
- kelangkaan sumber daya (uang, power)
- persaingan
Cara mengatasinya:
􀂃 Harus bernegosiasi → sama-sama puas dan tidak memperlemah
􀂃 Kerjasama
􀂃 Saling ketergantungan
7. Kohesivitas meningkat
􀂾 Saling menyukai
􀂾 Ingin terus menjadi bagian kelompok
􀂾 Puas terhadap keanggotaan
􀂾 Tingkat penerimaan, dukungannya dan kepercayaan meningkat
8. Kemampuan memecahkan masalah
􀂾 Merasakan adanya masalah
􀂾 Mencari dan menetapkan solusi
􀂾 Mengevaluasi efektivitas solusi

PENDEKATAN TERHADAP STUDI TENTANG KELOMPOK
A. Pendekatan Terhadap Studi Tentang Kelompok
1. Teori Sintalitas Kelompok (Catell, 1948, 1951)
Sintalitas : kepribadian → kebersamaan, dinamika, temperamen dan
kemampuan kelompok

Dimensi kelompok :
a. sifat-sifat sintalitas → pengaruh adanya kelompok sebagai keseluruhan
terhadap kelompok lain dan lingkungannya
b. sifat-sifat struktur kelompok → hubungan antara anggota kelompok,
perilaku kelompok, pola organisasi kelompok
c. sifat-sifat populasi → sifat rata-rata anggota kelompok

Dinamika Sintalitas :
- eksistensi kelompok tergantung pada kebutuhan individu anggotanya
- kelompok-kelompok biasanya saling overlapping

2. Teori Prestasi / Produktivitas Kelompok (Stogdill, 1956)
Dikembangkan dari 3 teori yang berbeda orientasi :
a. orientasi penguat → teori-teori tentang belajar
b. orientasi lapangan → teori-teori tentang interaksi
c. orientasi kognitif → teori-teori tentang harapan

B. Karakteristik Kelompok
Karakteristik kelompok (Sorsyth, 1979), yaitu:
1. Interaksi → fisik, verbal, nonverbal, emosional
2. Struktur → pola hubungan yang stabil diantara anggota
* Role yang telah diharapkan dan seseorang yang telah menduduki
* Norma : aturan yang mengidentifikasi atau mendeskripsikan perilaku yang tepat
* Relasi antar anggota

3. Tujuan
􀂾 Intrinsik
􀂾 Ekstrinsik (tujuan bersama)
- faktor pemersatu paling kuat (ex: olah raga)
- memotivasi perilaku tertentu sehingga tujuan tercapai
4. Groupness → entitavity (kesatuan) : tingkat dimana kesatuan kekuatan tunggal menyatu
5. Ketergantungan dinamis

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kelompok :

A. Faktor Situasional : Karakteristik Kelompok
1. Ukuran kelompok → efektif : 5 orang (Hare, 1952)
2. Jaringan komunikasi
3. Kohesi kelompok, yaitu kekuatan yang mendorong anggota kelompok
untuk tetap tinggal dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok (Collins & Raven, 1964). Menurut Mc David & Harori (1964), kohesi kelompok diukur dari :
• ketertarikan satu sama lain secara interpersonal
• ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
• sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat pemuas kebutuhan anggotanya

4. Kepemimpinan → yaitu komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok (Cragan & Wright, 1980)

B. Faktor Personal : Karakteristik Anggota Kelompok
Menurut (Cragan & Wright, 1980) 2 dimensi interpersonal, yaitu :
1. Proses interpersonal : keterbukaan, percaya, simpati
2. Kebutuhan interpersonal → William C Schultz (FIRO) : inklusi, kontrol, afeksi Roda Rantai Y Lingkaran Bintang

ALASAN-ALASAN INDIVIDU MASUK KELOMPOK & JENIS-JENIS KELOMPOK

A. Mengapa seseorang masuk dalam kelompok?

􀂙 Menurut Forsyth :
1. Pemuasan kebutuhan-kebutuhan psikologis (mis: rasa aman, cinta)
2. Meningkatkan ketahanan yang adaptif
3. Kebutuhan akan informasi

􀂙 Menurut Shaw :
1. Ketertarikan interpersonal
2. Aktivitas kelompok
3. Tujuan Kelompok
4. Keanggotaan kelompok
5. Efek instrumental dari keanggotaan kelompok (kemudahan-kemudahan yang didapat dalam sebuah kelompok)

� Menurut Robbins (1998) :
1. Keamanan
2. Status
3. Penghargaan diri
4. Pertalian
5. Kekuasaan
6. Pencapaian tujuan

Keuntungan Masuk Kelompok
1. Social interaction
2. Social support
- social approval (persetujuan dari lingkungan apa yang dilakukannya mendapat persetujuan dari kelompok)
- belief confirmation
3. Group member characteristic
- competence
- physical attractiveness

Kerugian Masuk Kelompok
1. Primary tension
2. Personal investments → uang pendaftaran, waktu, tenaga, barang, iuran bulanan, dll
3. Social rejection
4. Interference (campur tangan orang lain)
5. Reactance
FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation)

Teori 3 dimensi hubungan interpersonal dari William C Schultz, yaitu :
1. Need of inclusion (perasaan sebagai anggota dari suatu kelompok)
- undersocial
- social
- oversocial
2. Need of control
- abdicrat
- democrat
- autocrat
4. Need of affection
- underpersonal
- personal
- overpersonal

B. Jenis-jenis Kelompok
1. Dyad → kelompok terdiri dari 2 orang
2. Kelompok kecil → kelompok primer dimana terjadi face to face, saling tergantung, ada identitas kelompok yang sangat kuat
3. Organisasi → sekumpulan orang yang mempunyai tujuan yang sama dan struktur yang sangat jelas
4. Massa → sifat temporer, mempunyai tujuan yang sama, tidak berstruktur

PSIKOLOGI MASSA
A. Definisi
1. Psikologi Massa
a. Psikologi massa adalah studi mengenai tingkah laku banyak orang atau kumpulan manusia mengenai kelompok-kelompok yang terorganisir dengan longgar sekali (Kamus Lengkap Psikologi).
b. Psikologi massa adalah psikologi yang khusus mempelajari perilaku manusia dalam loosely organized group (Chaplin, 1972).

2. Massa adalah sekumpulan banyak orang (ratusan/ribuan) yang berkumpul dalam suatu kegiatan yang bersifat sementara.
B. Massa Abstrak dan Massa Kongkrit (Mennicke, 1948)

1. Massa Abstrak adalah sekumpulan orang-orang yang sama sekali belum terikat satu kesatuan, norma, motif dan tujuan.
Alasan timbul :
• ada kejadian menarik
• individu mendapat ancaman
• kebutuhan tidak terpenuhi

2. Massa Kongkrit adalah massa yang mempunyai ciri-ciri:
Ciri-ciri:
• adanya kesatuan mind dan sikap
• adanya ikatan batin dan persamaan norma
• ada struktur yang jelas
• bersifat dinamis dan emosional, sifat massa jelas

Massa Abstrak Massa Kongkret
Ego pribadi Ego massa
Tercermin dalam diri pemimpin Kepentingan masih kritis, masih kongkret
Antara masssa abstrak dan massa kongkrit kadang-kadang mempunyai
hubungan, dalam arti bahwa masa abstrak dapat berkembang atau berubah
menjadi massa yang kongkrit dan sebaliknya masa kongkrit dapat berubah
menjadi massa abstrak. Tetapi ada kalanya masa abstrak bubar tanpa adanya
bekas.

C. Massa Aktif dan Massa Pasif (Park dan Burges)
1. Massa aktif yang disebut dengan mob terbentuk karena telah adanya
tindakan-tindakan nyata, misalnya demonstrasi, perkelahian massal, dsb
Menurut Mc Laughlin, paling tidak ada 3 kondisi yang melatarbelakangi,
yaitu:
• adanya problem yang cukup serius
• upaya penyelesaian problem yang tertunda
• adanya keyakinan dalam kelompok massa bahwa problem harus diselesaikan

Faktor-faktor yang menyebabkan massa aktif :
• perasaan tidak puas → bertukar pikiran → ide baru → perbuatan yang selalu diulang → jika sudah matang ‘massa’
• tekanan jiwa masyarakat → memuncak dan meledak

2. Massa pasif yang disebut dengan audience adalah kumpulan orang orang yang belum melakukan tindakan nyata, misalnya orang-orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah, menonton sepakbola, dll

D. Gerakan Massa
Jenis-jenis Gerakan Massa (Danzigers)
1. Gerakan Massa Progresif
→ merombak norma lama, membentuk norma baru
2. Gerakan Massa Status Quo
→ mempertahankan norma lama (konservatif)
3. Gerakan Massa Reaksioner
→ orang yang bersikap untung-untungan
→ lebih lunak/fleksibel, tidak tegas yang penting golongannya tidak dirugikan

Penyebab Gerakan Massa
Salah satu pandangan berpendapat bahwa manusia itu merupakan individu yang mempunyai dorongan-dorongan atau keinginan-keinginan yang pada prinsipnya membutuhkan pemuasan atau pemenuhan. Tetapi dalam kenyataannya tidak semua dorongan atau keinginan itu dapat dilaksanakan secara baik. Dorongan atau keinginan yang tidak memperoleh pelepasan, terdorong dan tersimpan dalam alam bawah sadar, yang pada suatu ketika akan muncul kembali diatas sadar bila keadaan memungkinkan. Salah satu pendapat yang dikemukakan oelh Freud bahwa struktur pribadi manusia terdiri dari 3 bagian, yaitu das es atau the id, yaitu berupa dorongandorongan yang pada dasarnya dorongan-dorongan tersebut membutuhkan pemenuhan, ingin muncul dan ingin keluar. Yang kedua adalah das ich atau the ego, yang merupakan sensor untuk menyesuaikan dengan keadaan sekitarnya terutama dengan norma-norma. Yang ketiga, yaitu das uber ich atau the super ego, merupakan kata hati yang berhubungan dengan moral baik buruk. Dalam kehidupan bermasyarakat adanya norma-norma tertentu yang merupakan pedoman-pedoman yang membatsi gerak atau perilaku anggota masyarakat. Dengan adanya norma-norma itu sebagai anggota masyarakat yang baik tidak dapat berbuat seenaknya. Ini berarti bahwa norma-norma itu berfungsi menyesuaikan dengan keadaan lingkungan, yaitu menyesuaikan dengan norma-norma yang ada dalam masyarakat.
Atas dasar uraian diatas dapat dikemukakan salah satu analisis mengenai perbuatan massa adalah berdasarkan atas faktor psikologis yang mendasarinya, yaitu orang bertindak dalam massa atas dorongan-dorongan yang muncul dari bawah sadar yang semula ditekannya. Karena itu bila banyak hal ditekan merupakan suatu pertanda yang kurang baik, sebab pada suatu waktu dapat muncul dipermukaan bila keadaannya memungkinkan, slah satu bentuk adalah dalam massa.

Proses Dinamika Gerakan Massa
1. Pemusatan perhatian
2. Penciptaan suasana kebersamaan
3. Pusat rasa kagum dan perasaan berada pada suatu massa
4. Pemimpin membayar massa kemana aktivitas akan massa akan dituju

E. Individu Dalam Massa
• Kehilangan kepribadian yang sadar dan rasional, tindakan kasar dan irasional, menurut secar membabi buta pada pemimpin
• Melakukan hal-hal yang berlawanan dengan kebiasaan → agresi

Teori frustasi-agresi dari Fuller-Miller, mengemukakan:
• agresivitas merupakan cerminan dari frustasi yang dirasakan oleh massa
• kuat lemahnya tergantung besar kecilnya hambatan dalam mencapai tujuan tersebut

Menurut Sidis, individu dalam massa akan terkena hipnotis bentuk ringan sehingga pertimbangan kritis hilang Kondisi Psikologis Individu Dalam Massa Menurut Gustave Le Bon, massa itu mempunyai sifat-sifat psikologis tersendiri. Orang yang tergabung dalam suatu massa akan berbuat sesuatu, yang perbuatan tersebut tidak akan diperbuat bila individu itu tidak tergabung dalam suatu massa. Sehingga massa itu seakan-akan mempunyai daya melarutkan individu dalam suatu massa, melarutkan individu dalam jiwa massa. Seperti yang dikemukakan oleh Durkheim bahwa adnaya individual mind dan collective mind, yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Gustave Le Bon dalam massa itu terdapat apa yang dinamakan hukum mental unity atau law mental unity, yaitu bahwa massa adalah kesatuan mind, kesatuan jiwa. Menurut Allport, sekalipun kurang dapat menyetujui tentang collective mind tetapi dapat memahami tentang pemikiran adanya kesamaan (conformity), tidak hanya dalam hal berpikir dan kepercayaan, tetapi juga dalam hal perasaan (feeling) dan dalam perbuatan yang tampak (overt behaviour).

PROSES DASAR DALAM KELOMPOK
I. TAHAP FORMING

A. Pandangan Psikoanalisis
Freud : orang bergabung dalam kelompok karena keanggotaan dapat memuaskan kebutuhan dasar biologis dan psikologis tertentu

Ada 2 proses pembentukan kelompok, yaitu:
1. Identifikasi
energi emosi individu (libido) diarahkan ke dirinya dan orang lain. Individu menjadikan orang lain (orang tua) sebagai model egonya → EGO IDEAL. Penerimaan orang tua sebagai objek kasih sayang anak akan membentuk ikatan yang kuat → kepuasan melalui sense of belonging, kesalingtergantungan, perlindungan terhadap ancaman luar dan meningkatkan self development.

2. Transferen
bagaimana pembentukan kelompok pada masa awal kehidupan individu mempengaruhi perilaku kelompok selanjutnya. Individu melihat pemimpin kelompok sebagai figur otoritas sebagaimana individu menganggap orang tuanya.

B. Pandangan Sosiobiologi
Menurut pandangan ini, orang bergabung dengan kelompok untuk memuaskan keinginan yang kuat untuk berafiliasi secara biologis. Didasarkan teori evolusi dari Charles Darwin : bergabung dengan anggota lain dari satu spesies merupakan ekspresi strategi yang stabil secara evolusioner dan kultural dari individu yang dapat meningkatkan rerata kesuksesan reproduksi.

C. Pandangan Proses Pembandingan Sosial
Leon Festinger (1950, 1954) : orang membutuhkan orang lain karena mereka membutuhkan informasi tentang diri mereka dan lingkungan mereka dan kebutuhan akan informasi. Ini hanya dapat dipenuhi dari orang lain. Individu membandingkan diri mereka dengan orang lain tentang keyakinan, opini dan sikap mereka → apakah benar, valid, sesuai.

D. Pandangan Pertukaran Sosial
Model ketertarikan kelompok, dengan mempertimbangkan :
1. reward
2. cost → minimax principle (berusaha untuk mendapatkan reward yang sebesar besarnya
dan mengurangi cost yang sekecil-kecilnya).

II. TAHAP STORMING : KONFLIK DALAM KELOMPOK
Munculnya disagreement, pertengkaran dan friksi diantara anggota kelompok
yang melibatkan kata-kata, emosi dan tindakan.

Tahap-tahap perkembangan konflik:
1. Disagreement
perlu segera diindentifikasi disagreementnya:
• apakah benar-benar ada atau sekedar kesalahpahaman
• apakah perlu segera ditangani atau terselesaikan sendiri
• jika benar-benar ada dan menyangkut beberapa faktor situasional minor

2. Confrontation
dua orang atau lebih saling bertentangan → verbal attack.diakhir tahap ini, tingkat koalisi (sub kelompok dalam kelompok) dimana anggota kelompok menjadi terpolarisasi(membentuk blok-blok).
3. Escalation
pada tahap ini, anggota kelompok menjadi semakin kasar, suka memaksa, mengancam, sampai pada kekerasan fisik → timbul mosi tidak percaya (distrust), frustasi dan negatif reciprocity.

4. Deescalation
􀀩 berkurang atau menurunnya konflik
􀀩 anggota mulai sadar waktu dan energi yang terbuang sia-sia dengan berdebat

Mekanisme pengolahan konflik:
a. Negosiasi : secara interpersonal sengan asumsi bahwa tiap orang akan mendapatkan keuntungan dengan adanya situasi
- distributive issues : negosiasi berhasil, satu pihak puas, pihak yang lain mengikuti karena pihak yang lain itu memiliki power
- integrative issues : negosiasi berhasil, kedua pihak merasa puas (win win solution)
b. Membangun kepercayaan : dengan mengkomunikasikan keinginan individu secara hati-hati dan harus konsisten antara apa yang diomongkan dengan perilaku aktualnya

5. Conflict Resolution
􀀩 tiap konflik sampai pada tahap ini, meskipun tidak semua pihak puas akan hasilnya

Penyebab konflik :
1. Interdepence
􀀩 tidak semua interdependence menyebabkan konflik, jika:
a. ada kerjasama antar anggota dalam interdepence shg konflik ↓
b. ada kompetisi antar anggota dalam interdepence shg konflik ↑

Deutch (1949):
􀂄 pure cooperation → promotive interdependence : dengan menolong
􀂄 pure competition → contrient interdependence : anggota bisa meraih tujuannya hanya jika anggota lain gagal memilihnya
2. Influence stategies
􀀩 strategi-strategi untuk mempengaruhi orang lain, ancaman, hukuman dan negatif reinforcement → meningkatkan konflik
3. Misunderstanding dan misperception

III. TAHAP NORMING : PEMBENTUKAN STRUKTUR KELOMPOK
1. Peran (role)
Peran (role) merupakan perilaku yang biasanya ditampilkan orang sebagai
anggota kelompok yang menyediakan basis harapan berkaitan dengan perilaku
orang dalam posisi yang bervariasi dalam kelompok.

Perbedaan peran :
􀂃 Task roles → tugas
􀂃 Socioemotional roles → sosioemosi

Teori 3 dimensi peran :
a. dominance – submission
b. friendly – unfriendly
c. instrumentally controlled – emotionally eupressive

Konflik peran :
􀂾 interrole : konflik antara 2 atau lebih peran yang dijalani oleh 1 orang
􀂾 intrarole : konflik antara peran 1 orang dengan peran orang lain
2. Norma (norm)
Norma (norm) merupakan aturan-aturan yang menggambarkan tindakan tindakan
yang seharusnya diambil oleh anggota kelompok.

3. Hubungan antar anggota → otoritas, hubungan ketertarikan, hubungan komunikasi

IV. TAHAP PERFORMING : BEKERJA BERSAMA DALAM KELOMPOK
Percobaan Norman Triplett (1897) tentang fasilitasi sosial yaitu situasi dimana
kehadiran orang lain akan meningkatkan kinerja seseorang.

A. Coaction Paradigm
→ beberapa orang melakukan tugas dan ditempat yang sama, tetapi tidak saling
berinteraksi, misalnya: ujian dikelas

B. Audience Paradigm (passive spectators)
→ kehadiran orang lain justru menghambat kinerja, misalnya: menghapal pelajaran ditengah orang banyak

Penelitian Robert Zajonc:
􀂾 Respon dominan
→ fasilitasi sosial yang ada meningkatkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu sesuai
􀂾 Respon nondominan
→ fasilitasi sosial yang ada menurunkan kinerja seseorang, maka respon dominan itu tidak sesuai

Penyebab fasilitasi sosial:
1. adanya dorongan
2. kekhawatiran akan penilaian (evaluasi) orang lain
3. distraksi (perhatian yang terpecah)

Performance Dalam Kelompok yang Berinteraksi

Tipologi tugas dari Steiner didasarkan pada kombinasi antara:
- jenis-jenis tugas yang dapat dibagi
- jenis-jenis hasil yang diinginkan
- prosedur-prosedur individu dalam memberi masukan

Memprediksi Performance Kelompok
Klasifikasi tugas penting karena:
􀀹 tipe tipe tugas yang berbeda memerlukan sumber daya yang berbeda
􀀹 jika anggota kelompok mempunyai sumberdaya tersebut maka akan sukses

Tipologi tugas menurut Steiner
1. Divisible : subtugas dapat dibagi-bagi kepada beberapa anggota
2. Unitary >< divisible : satu tugas hanya dikerjakan satu orang saja
3. Maximazing : yang diutamakan adalah produk atau kuantitas maksimal
4. Optimazing : yang terutama adalah kinerja atau kualitas optimum
5. Additive : adanya penambahan input individual untuk menghasilkan produk kelompok
6.Compensatory : rata-rata penilaian individu untuk menghasilkan produk kelompok
7. Disjunctive : kelompok harus mempunyai satu jawaban spesifik terhadap tipe masalah ya atau tidak
8. Conjuctive : semua anggota harus melakukan tindakan yang spesifik sebelum tugas selesai dengan sempurna
9. Discretionary : jika anggota bebas memilih, metode mana yang disukainya dengan mengkombinasikan input individualnya

Meningkatkan performance kelompok:
1. Proses komunikasi
2. Proses perencanaan → strategi-strategi kinerja
3. Prosedur-prosedur khusus:

Prosedur-prosedur khusus:
a. Brainstorming, terdapat 4 syarat utama:
􀂃 expressiveness : bebas mengekspresikan apa saja yang ada dalam benak kita
􀂃 nonevaluative : tidak ada pendapat yang baik atau buruk, semua pendapat berharga
􀂃 quantity : semakin banyak ide, semakin kreatif
􀂃 building : ide-ide yang disampaikan seperti puzzle (ide-ide tersebut masih kasar, harus disusun dulu)
b. Nominal Group Technique (NGT) → pemimpin memberikan permasalahan ke forum lalu ditulis di whiteboard. Setiap orang disuruh maju ke whiteboard untuk menuliskan gagasan lalu dipilih mana yang paling baik
c. Delphi Technique → pemimpin membuat kuesioner, anggota disuruh mengisi kuesioner tersebut. Setelah diisi dikembalikan ke pemimpin lalu diberi feedback, dikembalikan lagi ke anggota, demikian terus menerus sampai ditemukan solusi yang baik
d. Synectics (bahasa Yunani = bergabung bersamanya elemenelemen yang berbeda dan nampaknya tidak relevan) → bentuk spesial dari brainstorming. Kita disuruh berpikir lebih kreatif, berpikir secara divergen, dapat memberikan ide bermacammacam.

MASALAH-MASALAH DALAM KELOMPOK
A. DEINDIVIDUASI
Deindividuasi merupakan proses hilangnya kesadaran individu karena melebur di
dalam kelompok → pikiran kolektif.

Perspektif Teoritis

1. Teori Perilaku Kolektif
Kolektif : kumpulan individu yang lebih daripada skedar agregrat, tapi juga
bukan kelompok sebenarnya

Tipe kolektif:
a. Social Agregrat : collective outburst (riots, mobs, dsb)
b. Collective Movement : organisasi politik, kampanye nasional, dsb

a. Teori Konvergen
Agregrat mewakili orang dengan kebutuhan, keinginan dan emosi situasi crowd
memicu pelepasan spontan dari perilaku-perilaku yang sebelumnya terkontrol.

b. Teori Contagion (Penularan)
Emosi dan perilaku dapat ditransmisi ‘(ditular)’ dari satu orang ke orang lain
sehingga orang cenderung berperilaku sangat mirip dengan orang lain.

c. Teori Emergent-Norm (Perkembangan Norma)
Teori gabungan konvergen – contagion, crowd, mob dan kolektif lainnya hanya
kelihatan setuju sepenuhnya dalam emosi dan perilaku karena anggotanya patuh
pada norma yang relevan dalam situasi tertentu.

2 . Teori Deindividuasi
Penyebab:
1. Rendahnya identiafibilitas seseorang
2. Rasa keanggotaan dalam kelompok
3. Ukuran kelompok → semakin besar, semakin mudah terdeindividuasi
4. Kebangkitan personil → amarah

B. GROUPTHINK
Groupthink merupakan proses pengambilan keputusan yang terjadi pada
kelompok yang sangat kohesif dimana anggota-anggotanya berusaha

Kondisi
- Anonimity
- Responsibility
- Anggota kelompok
- Arousal
- Lain-lain (situasi baru,penggunaan obat)

Keadaan Terdeindividuasi
Lost of self – awareness
Lost of self – regulation
- self monitoring ↓
- gagal memperhatikan norma-norma relevan
- sedikit pakai penguat untuk membangkitkan diri
- gagal melakukan rencana jangka panjang

Perilaku Deindividuasi
Emosi yang impulsif, irasional, regresif, dengan intensitas:
- tdk dibawah kendali stimulus
- melawan norma
- pleasurable ↑ mempertahankan konsensus kelompok sehingga kemampuan kritisnya menjadi tidak efektif lagi.

Gejala:
1. Pencarian kesepakatan yang terlalu dini
a. Tingginya tekanan konformitas
b. Sensor diri terhadap ide-ide yang tidak disetujui
c. Adanya minguard
􀂄 Gate keeping : mencegah informasi dari luar agar jangan sampai mempengaruhi kesepakatan kelompok
􀂄 Dissent containment : mengabaikan mereka-mereka yang memiliki ide-ide yang bertentangan dengan kesepakatan
d. Persetujuan yang tampak

2. Ilusi dan mispersepsi
a. Ilusi invulnerability → kelompok selalu benar dan kuat
b. Ilusi moral
c. Persepsi bias tentang out group → buas, jelek, dll
d. Collective rationalizing

Penyebab:
• kohesi yang ekstrem
• isolasi, leadership dan konflik decisional
• proses polarisasi

Pencegahan:
1. Membatasi pencarian keputusan secara dini
a. meningkatkan open inquiry
b. kepemimpinan yang efektif
c. multiple group → subgroup

2. Mengoreksi mispersepsi dan error
a. mengakui keterbatasan
b. empati
c. pertemuan ‘kesempatan kedua’

3. Menggunakan teknik-teknik keputusan yang efektif
Tahap I : kelompok harus terima tantangan dengan memilih solusi yang mungkin terbaik
Tahap II : kelompok harus mencari alternatif solusi dengan membuat daftar
Tahap III : evaluasi sistematik terhadap alternatif-alternatif pada tahap-tahap hasil = konsensus
Tahap IV : mengubah konsensus menjadi keputusan
Tahap V : mematuhi keputusan yang diambil

KOHESIVITAS KELOMPOK

A. Definisi
Collins dan Raven (1964) : kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompok dan mencegahnya meninggalkan kelompok.

B. Alat Ukur
1. Ketertarikan interpersonal antar anggota
2. Ketertarikan anggota pada kegiatan dan fungsi kelompok
3. Sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk
memuaskan kebutuhan personalnya (Mc David dan Harary)

Kelompok yang makin kohesif, maka:
􀂾 tingkat kepuasan makin besar
􀂾 anggota merasa aman dan terlindungi
􀂾 komunikasi lebih efektif, bebas, terbuka dan sering
􀂾 makin mudah terjadi konformitas → anggota makin mudah tunduk pada norma kelompok dan makin tidak toleran pada devian.

MOTIVASI DAN TUJUAN KELOMPOK
A. Definisi
(1) Proses psikologis yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi dan keputusan yang terjadi pada diri seseorang, timbul dari dalam diri (intrinsik) atau dari luar diri (ekstrinsik) karena adanya rangsangan.
(2) Dorongan kerja yang timbul pada diri seseorang untuk berperilaku dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.
(3) Suatu usaha sadar untuk mempengaruhi perilaku seseorang agar mengarah pada tercapainya tujuan organisasi.

B. Teori-teori Motivasi
1. Teori Kebutuhan
􀀩 tindakan manusia pada dasarnya untuk memenuhi kebutuhannya
Tokoh : Maslow, Herzberg, Mc Clleland, Vroom
a. Satisfaction of Needs Theory (Maslow)
􀀩 menyusun tingkat kebutuhan manusia
b . Motivation Maintenance Theory (Herzberg)

Ada 2 faktor yang mempengaruhi individu:
􀂙 Satisfiers = intrinsic factor
Maslow = higher order needs (self esteem dan self actualization)
􀂙 Dissatisfiers = extrinsic factor
Maslow = lower order needs (fisiologis, security dan social)

c. Teori Kebutuhan dari Mc Clleland
􀂾 Need of power
􀂾 Need of affiliation
􀂾 Need of achievement

Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi:
1. ciri-ciri pribadi individu (individual characteristic)
2. tingkat dan jenis pekerjaan (job characteristic)
3. lingkungan (environmental situations)
4. Self – Actualization Needs
5. Self – Esteem Needs
6. Social Needs
7. Security Needs
8. Psychological Needs

KEKUASAAN DALAM KELOMPOK
A. Definisi
1) Weber : kemungkinan dimana seseorang di dalam hubungan sosialnya mempunyai posisi untuk melakukan keinginannya tanpa perlawanan
2) Buckley : kendali atau pengaruh atas perilaku orang lain untuk mendukung pandangan seseorang tanpa sepengetahuan mereka, bertentangan dengan keinginan atau pemahaman mereka
3) Kipnis : interaksi antara dua pihak, pemegang kekuasaan dan target person, dimana perilaku tadi diarahkan oleh pemegang kekuasaan
4) Kekuasaan koersif : memaksa, bentuk-bentuk legitimasi dari pengaruh sosial, seperti ancaman, hukuman

B. Dasar-dasar atau Sumber-sumber Kekuasaan
1. Reward
2. Coersive
3. Legitimate
4. Referent
5. Expert

C. Proses-proses Kekuasaan
1. Adanya kepatuhan
2. Formasi Koalisi (sub kelompok dalam kelompok yang lebih besar)

Perubahan-perubahan dalam power holder:
1. Memperlebar jarak sosial antara dirinya dengan orang lain yang tidak punya power
2. Yakin bahwa yang nonpowerful tidak dapat dipercaya dan butuh “waskat” (pengawasan yang ketat)
3. Tidak menilai pekerjaan dan kemampuan dari orang yang kurang berkuasa

Perubahan-perubahan ketika powerless:
a. pasif dan menerima situasi
b. memberontak akan ketidaksamaan dan berusaha mendapatkan persamaan struktur
c. berusaha meningkatkan power secara tertutup dengan koalisi
d. menarik diri secara total dari kelompok

KEPEMIMPINAN
A. DEFINISI KEPEMIMPINAN
􀂙 Menurut Blanchard : proses dalam mempengaruhi kegiatan-kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usahanya mencapai tujuan dalam suatu
situasi tertentu.
Dirumuskan sbb : K = f ( p, b, s )
K : kepemimpinan f : fungsi p : pemipin
b : bawahan s : situasi

􀂙 Menurut Cragan dan Wright : komunikasi yang secara positif mempengaruhi kelompok untuk bergerak ke arah tujuan kelompok.

􀂙 Menurut Stogdill (1948) : suatu proses mempengaruhi aktivitas kelompok dalam rangka perumusan dan pencapaian tujuan.

Klasifikasi Gaya kepemimpinan menurut White dan Lippit (1960):
􀂾 Otoriter → keputusan dan kebijakan seluruhnya ditentukan oleh pemimpin
􀂾 Demokratis → pemimpin mendorong dan membantu anggota untuk
membicarakan dan memutuskan semua kebijakan
􀂾 Laissez Faire → pemimpin memberikan kebebasan penuh bagi anggota
kelompok untuk mengambil keputusan individual dengan partisipasi
pemimpin yang minimal

Syarat-syarat gaya kepemimpinan demokratis yang produktif menurut Gibb
(1969)
, bila:
a) tidak ada anggota kelompok yamg merasa dirinya lebih mampu mengatasi persoalan daripada kelompok yang lain
b) metode komunikasi yang tepat belum diketahui atau tidak dipahami
c) semua anggota berusaha mempertahankan hak-hak individual mereka

Syarat-syarat gaya kepemimpinan otoriter yang efektif, bila:
a) kecepatan dan efisiensi pekerjaan lebih utama daripada perundingan
b) situasinya benar-benar baru sehingga anggota kelompok butuh pengertian

B. TEORI-TEORI KEPEMIMPINAN
1. Kepemimpinan Menurut Teori Sifat
Dasar : keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh sifat-sifat, perangai atau
ciri-ciri yang dimiliki orang tersebut. Sifat-sifat tersebut bisa berupa sifat fisik
maupun psikologis.

a) Ordway Tead
Sifat pemimpin terdiri dari : energi jasmani-rohani, kepastian akan
maksud dan arah tujuan, antusiasme atau perhatian yang besar, ramah
tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati, integritas atau
pribadi yang utuh, kecakapan teknis, kecakapan mengajar, kesetiaan.

b) Chester I Barnard
Sifat pemimpin berkaitan dengan sifat pribadinya yang terdiri dari sifat fisik, skill, teknologi, daya tangkap, pengetahuan, memori dan imajinasi. Sifat pribadi mempunyai watak yang subjektif, yaitu keunggulan seorang
pemimpin di dalam keyakinan (determination), ketekunan (persistence),
daya tahan (endurance) dan keberanian (courage).

c) Ralph Stodgill
Sifat–sifat pemimpin terdiri dari:
􀂃 Capacity : intelegen, kewaspadaan, verbal facility, keaslian dan
kemampuan menilai
􀂃 Achievement : gelar kesarjanaan, pengetahuan, keberhasilan
dalam olah raga
􀂃 Responsibility : berdikari, inisiatif, ketekunan, agresivitas, percaya
diri, keinginan untuk unggul
􀂃 Participation : aktif, pandai bergaul, kerja sama, mudah
menyesuaikan diri, humoris
􀂃 Situation : mental level, status, skill, kebutuhan, interest of
followers, tujuan yang ingin dicapai

2. Kepemimpinan Menurut Teori Perilaku
Perilaku pemimpin cenderung pada dua hal, yaitu:
a) Consideration, dimana pemimpin cenderung pada kepentingan bawahan. Ia
tipe pemimpin yang ramah, mendukung dan membela, mau berkonsultasi,
mendengarkan bawahan, menerima usulan bawahan, memikirkan
kesejahteraan bawahan dan memperlakukan bawahan setingkat dengan
dirinya.
b) Initiating Structure, dimana pemimpin cenderung mementingkan tujuan
organisasi. Ia tipe pemimpin yang suka memberi kritik pada pelaksanaan
tugas-tugas kerja yang jelek, menekankan pentingnya batas waktu
pelaksanaan tugas-tugas kepada bawahan, selalu memberi tahu apa-apa
yang harus dikerjakan bawahan, selalu memberi petunjuk bagaimana
melakukan tugas, memberi standar tertentu atas pekerjaan, meminta
bawahan agar selalu menuruti dan mengikuti standar yang telah ditetapkan,
serta selalu mengawasi bawahan.

Model Kepemimpinan Kontinum
Diajukan oleh Robert Tannenbaum dan Warren H Schmidt, isinya ada tujuh
tingkatan hubungan pemimpin dan bawahan, yaitu:
a) Telling → membuat dan mengumumkan keputusan terhadap bawahan
b) Selling → menjual dan menawarkan keputusan terhadap bawahan
c) Menyampaikan ide dan mengundang pertanyaan
d) Memberi keputusan tentatif yang masih dapat diubah
e) Consulting → memberi masalah dan minta saran pemecahannya
f) Menentukan batas-batas dan minta kelompok untuk membuat keputusan
g) Joining → mengijinkan bawahan berfungsi dalam batas-batas yang ditentukan Manajerial Grid (Grafik Kepemimpinan) Diajukan oleh Robert R Blake dan Jane S Mouton, menurut mereka kepeminpinan dapat diukur dari dua dimensi, yaitu:
a) Perhatiannya terhadap tugas / hasil (T)
b) Perhatiannya terhadap bawahan / hubungan kerja (H), maka muncul 5 tipe kepemimpinan:
- impoverished leadership (koordinat 1,1)
- middle of the road (koordinat 5,5)
- country club leadership (koordinat 1,9)
- task leadership (koordinat 9,1)
- team leadership (koordinat 9,9)

Manajemen Sistem Dari Likert
Merupakan penyempurnaan, model kepemimpinan kontinum. Ada empat macam
gaya kepemimpinan:
a) Sistem I → otoriter (explosive / authoritative)
b) Sistem II → otoriter yang bijaksana (benevolent authoritative)
c) Sistem III → konsultatif
d) Sistem IV → partisipatif

Teori 3-D
Teori 3-D dari Reddin merupakan pola dasar untuk menentukan perilaku
kepemimpinan, yaitu:
a) Task oriented
b) Relationship oriented
c) Effectiveness oriented

Pola dasar diatas memunculkan 8 gaya kepemimpinan:
- Deserter - Bereaucrat
- Missionary - Developer
- Autocrat - Benevolent autocrat
- Compromiser - Executive

4. Kepemimpinan Menurut Teori Kontingensi
Dalam model Fiedler, terdapat tiga elemen penentu gaya dan perilaku
kepemimpinan efektif, yaitu:
a) Leader-member relations
b) Task structure
c) Leader’s position power

5. Model Kepemimpinan Menurut Situasi
Tipe kepemimpinan adalah pola perilaku yang ditampilkan oleh seorang pemimpin pada saat pemimpin itu mencoba untuk mempengaruhi orang lain sepanjang diamati oleh orang lain.
Gaya kepemimpinan berbeda dari satu situasi ke situasi lainnya sehingga perlu diagnosa yang baik. Pemimpin yang baik harus mampu mengubah perilakunya sesuai dengan situasi, serta mampu memperlakukan bawahan sesuai kebutuhan dan motif yang berbeda-beda.

Tipe kepemimpinan yang situasional terdiri dari:
- direktif
- suportif
- kombinasi

APLIKASI PSIKOLOGI KELOMPOK
DI BIDANG INDUSTRI DAN ORGANISASI
A. PERILAKU KELOMPOK ORGANISASI
1. Scientific Management Theory
Isi : manusia harus diberi janji insentif dulu baru ia mau bekerja. Insentif yang
dimaksud dapat berupa bonus, pengawasan yang terus-menerus, serta tujuan
yang ditetapkan oleh manajemen.
2. Interpersonal Approaches
Fokus pada akibat dari proses interpersonal pada performance dengan
memperhatikan variabel-variabel sosial dan psikologi untuk menganalisis
produktivitas kerja.
Cara yang digunakan : process group-level dengan linking-pin model dari
Likert, yaitu organisasi dapat dikonseptualisasi sebagai sistem dari kelompok
independen. Jadi, manusia bekerja bukan dalam organisasi, melainkan dalam
kelompok-kelompok kecil atau keluarga yang bersarang di dalam organisasi.

A.1. MOTIF DAN TUJUAN DALAM KELOMPOK
Zander (1971) : orang tertarik untuk menolong kelompoknya mencapai tujuan sebagai cara untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan personalnya.

Kohesivitas dan Tujuan Kelompok
Akibat pada tujuan kelompok terhadap produktivitas tergantung pada komitmen
anggota terhadap kelompok dan tujuan kelompok. Jika kohesivitas kelompok
begitu kuat maka motif-motif individu akan diganti oleh motif yang berorientasi
pada kelompok. Hasrat anggota pun makin besar untuk mensukseskan kelompoknya. Hasil survey pada 5871 pekerja pabrik di 2228 kelompok menghasilkan hipotesis sebagai berikut: “selama norma kelompok mendorong produktivitas yang tinggi maka kohesivitas dan produktivitas secara positif berhubungan (makin kohesif suatu kelompok, makin besar produktivitas), tetapi jika norma kelompok mendorong produktivitas yang rendah maka hubungannya negatif”.

Tujuan kelompok
Tujuan kelompok harus dijabarkan secara jelas, yaitu:
1. ada kriteria keberhasilan
2. ada sarana untuk pencapaiannya

Menetapkan Tujuan Kelompok
Level of aspiration theory (Lewin) : bagaimana seseorang mengeset tujuan untuk dirinya dan kelompoknya, apakah harus susah sekali / mudah sekali
- Orang memasuki situasi prestasi (achievement situation) dengan hasil ideal dibenaknya. Setelah mengalami kejadian tertentu, maka orang tersebut akan merevisi hasil ideal tersebut dan disesuaikan dengan harapan yang lebih realistik

- LOA (level of aspiration) yaitu kompromi antara tujuan ideal dan harapan yang lebih realistik

A.2. KEPUASAN DAN KEANGGOTAAN KELOMPOK
Kepuasan dan Interaksi Sosial
Melakukan rutinitas tanpa interaksi dengan orang lain → monoton dan menyebabkan kelelahan / cepat lelah. Sedangkan bekerja sama akan menyebabkan pekerjaan cepat selesai, bahan yang digunakan irit dan angka hingga menurun karena merasa puas.

Kepuasan dan Insentif Kelompok
Insentif : bonus, gaji
Insentif per individu menyebabkan masalah:
1. kompetisi antar anggota kelompok meningkat
2. ketakutan akan penolakan peer groupnya
3. motivasi intrinsik “undermined”
Pencegahannya adalah dengan insentif kelompok, sehingga:
􀀹 perasaan akan kerja kelompok akan terbangun dengan kuat dan kepuasan
lebih besar
􀀹 Syarat : - anggota kelompok kurang dari 10
- kontribusi tiap anggota proporsional
Kepuasan, Keberhasilan dan Kegagalan
Sisi positif dari kegagalan, yaitu:
􀂃 Menjadikannya sebagai motivasi sehingga usaha menjadi lebih keras
􀂃 Menjadikan kelompok semakin kohesif karena ternyata kegagalan disebabkan oleh adanya gangguan kelompok atau segmen lain dalam organisasi
􀂃 Memaksa kelompok untuk memikirkan ulang aspirasi mereka dan memformulasikan seperangkat harapan yang lebih realistik
Sisi negatif dari kegagalan, yaitu:
􀂃 Kegagalan yang berulang menyebabkan surutnya sumber motivasi
􀂃 Terbangunnya hasrat yang kuat untuk menghindari kegagalan kelompok dan mulai menggunakan berbagai macam strategi interpersonal untuk mengatasi rasa malu, contoh: dengan mengatakan bahwa kegagalan tersebut tidak relevan dengan mereka secara personal

B. KELOMPOK-KELOMPOK DAN PERUBAHAN
B.1. KELOMPOK SEBAGAI AGEN PERUBAHAN
Field study oleh Coch & French (1984) dengan membandingkan tiga tipe training
program:
1. No Participation sebagai kondisi kontrol karyawan tidak sama dengan terlibat dalam perencanaan dan omplementasi perubahan tapi hanya diberi penjelasan.
2. Participation Through Representation, rapat kelompok dihadiri seluruh karyawan, perubahan yang dibutuhkan dibicarakan secara terbuka, kemudian dipilih sebuah sub kelompok pelat pertama.
3. Total Participation, hampir sama dengan metode dua. Bedanya metode ini diikuti oleh seluruh karyawan, bukan hanya kelompok terpilih dan mengikuti sistem pelat. Hasil → 2 dan 3 menunjukkan hasil yang positif, karena:
􀂾 Karyawan belajar tugas baru mereka dengan cepat
􀂾 Produktivitas menjadi lebih baik
􀂾 Percaya diri meningkat

B.2. PENGEMBANGAN ORGANISASI
Organizational Development Technique adalah program-program manajemen
yang secara spesifik didesain untuk meningkatkan organisasi.
Setidaknya melibatkan satu atau lebih komponen, sebagai berikut:
1. Deskripsi : penentuan tahap pengembangan yang sedang berlangsung
melalui observasi sistematis dan survey.
2. Spesifikasi tujuan : elaborasi, klarifikasi dan penentuan prioritas tujuan
organisasi.
3. Perencanaan : mengembangkan rencana untuk mencapai tujuan
organisasi.
Inovasi : implementasi rencana dan mengevaluasi keefektivitasannya.
a. Survey Feedback
Menekankan deskripsi sebagai alat untuk mengumpulkan sumbersumber disfungsi dalam organisasi dengan cara : observasi, wawancara, survey → hasilnya disintesis untuk membentuk gambaran keseluruhan organisasi dengan menemukan adekuasi dan inadekuasi → hasilnya dikembalikan sebagai feedback ke organisasi. Alat : kuesioner dengan Likert dengan isi pertanyaan tadi. Aspek leadership (1-3), motivation (4-6), communication (7-10), decision making (11-13), goals (14-15), control (16-18) → jawaban dirangkum
dan dibuat profil organisasi kemudian didiskusikan.

b. Process Consultan
Yaitu melibatkan observasi kelompok secara informal tentang kesibukan sehari-hari. Ada konsultan yang mengobservasi aspek-aspek yang berkaitan dengan kelompok, seperti: pola interaksi dan atraksi, prosedur pengambilan keputusan, sumber-sumber kekuasaan, normanorma social informal, potensi tekanan dalam kelompok dan jenis konflik antar anggota. Setelah menemukan bagaimana kerja maka konsultan mendiskusikan hal tersebut dengan anggota unit dengan
mengajukan dua pertanyaan:
- Apakah saudara sekalian menyadari bahwa saudara-saudara bekerja seperti ini ? (dijelaskan)

- Apakah saudara-saudara berkenan untuk mengubah beberapa proses-proses? Jika jawabannya iya, maka barulah konsultan mengusulkan beberapa saran untuk meningkatkan dinamika hidup.

c. Team Building
Diawali dengan asumsi bahwa : “keberhasilan dalam kelompok kerja merupakan hasil dari kolaborasi yang saling bergantung satu sama lain yang terbentuk melalui latihan. Manajer atau konsultan berusaha menyadarkan anggotanya bahwa mereka adalah satu kesatuan sehingga mereka belajar untuk mengkoordinasikan usaha mereka
dengan usaha anggota lainnya. Tujuan kelompok ditetapkap, pola-pola kerja dibangun dan perasaan identitas kelompok dibangun. Teknik ini menekankan pada analisis prosedur kerja, pengembangan hubungan yang baik anggota ke anggota dan peran manajer sebagai “coach”.
Metode : diskusi tentang “maslaah unit” kemudian dicoba diselesaikan dengan teknik kelompok nominal (NGT) untuk menstimulasi produktifitas lalu hasil diskusi dicetak dan diedarkan sebagai pengingat bahwa ada kemajuan yang sedang berlangsung.

d. Laboratory Training
Laboratory Training program atau T-group.
􀂾 Bentuk ini diset jauh dari tempat kerja, merupakan prosedur belajar eksperimental, yaitu dengan benar-benar mengalami hubungan kemanusiaan dengan peserta lain
􀂾 Trainer atau fasilitator menyerahkan tongkat kepemimpinan kepada peserta untuk dibawa kemana pelat tersebut jadi peserta yang mengatur diri mereka
􀂾 Peserta pelat menjadi berani untuk mengkonfrontasi dan menyelesaikan isu-isu interpersonal dengan tujuan mendapatkan pemahaman yang lebih baik atas diri sendiri dan orang lain.

C . MEETINGS
Ada kesan negatif tentang meeting, yaitu:
􀂃 Membosankan
􀂃 Hanya didominasi oleh beberapa orang
􀂃 Mahal → para eksekutif dibayar per jam
􀂃 Buang-buang waktu dengan keputusan yang minor
􀂃 Ada kecenderungan terjadi groupthink

C.1. MENJADI ANGGOTA KELOMPOK YANG BAIK
Pada meeting, anggota harus melakukan segala hal untuk menjadikan meeting
tersebut sebagai sebuah pengalaman yang produktif dan positif. Untuk itu perlu
diperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Persiapan
Yaitu bagaimana agar peserta rapat dapat memberikan kontribusi yang maksimal, dan ini tergantung pada fungsi dari penemuan tersebut, jika:
􀂙 Fungsi utamanya adalah distribusi informasi, maka pesertanya harus menyiapkan segala hal untuk mempresentasikan info yang dimiliki → handout, transparansi
􀂙 Fungsi utamanya adalah sebagai fact finding discussion awal, yang fokus pada masalah-masalah atau isu-isu, maka peserta sebelumnya harus sudah mempersiapkan diri dengan ide-ide dan pemahamannya yang berhubungan dengan fakta terkait
􀂙 Fungsi sebagai pembuat keputusan, maka sebelum diperoleh keputusan peserta, melakukan diskusi secara informal antara anggota dan berusaha mengantisipasi kritik terhadap solusi yang mereka sukai
􀂙 Fungsi sebagai fungsi organisasi, seperti: goal setting, merevisi prosedur kerja, sharing feedback atau membangun koordinasi antar unit menjadi lebih baik. Maka peserta harus mengumumkan pikiran dan energi agar dapat fokus pada permasalahannya
􀂙 Rapat mempunyai lebih dari satu tujuan atau maksud, maka peserta harus menyiapkan tiap aspek dari rapat tersebut

2. Komunikasi
Keberhasilan rapat sangat tergantung pada kemampuan peserta berkomunikasi secara efektif satu sama lain sehingga begitu keluar dari ruang setiap peserta mendapatkan kepuasan dan merasa ada kemajuan.

Ada tips untuk menjadi active communication:
􀂙 Buat kalimat dengan singkat dan jelas
􀂙 Usahakan penambahan komentar, saran, pernyataan pribadi dan pertanyaan pada poin yang tepat
􀂙 Buat presentasi yang panjang sehingga peserta tertarik dengan menggunakan frase-frase imajinatif, analogi dan similes yang berwarna dan alat bantu visual yang ‘eye-catching’
􀂙 Mendengarkan dengan aktif pemyampaian orang lain
􀂙 Mintalah klarifikasi terhadap sesuatu yang tidak dapat dipahami
􀂙 Ajak peserta yang pasif berkomentar dengan menanyainya
􀂙 Galilah sumber-sumber disagreement dan tention
􀂙 Ikutilah jalannya rapat dengan hati-hati, camkan poin-poin yang telah dibuat

3. Supportiveness
Untuk mencegah munculnya kesan negatif maka perlu diperhatikan
beberapa hal sebagai berikut:

a. Persiapan
Pimpinan rapat harus memiliki pertanyaan dan agenda. Ada beberapa
kesalahan dalam daftar:
􀀹 Daftar topik terlalu panjang sehingga kelompok membagi
pikirannya terhadap item-item yang signifikan
􀀹 Urutan topik yang tidak berurutan
􀀹 Memasukkan item-item yang tidak seharusnya dimasukkan

b. Structuring the group
Pada awalnya, pada kelompok yang baru terbentuk, meeting pertama
terkesan ambigu atau tidak pasti. Tapi pada rapat ketiga dan keempat
norma norma sudah terbentuk dengan jelas, juga peran dan
hubungan antar anggota. Semua ini berkat peran pimpinan kelompok
yang tahu kapan harus berperan sebagai process facilitator atau
process controller.

c. Structuring the meeting
Ketua kelompok harus mampu mengarahkan pertemuan, dapat
menetukan teknik apa yang tepat digunakan (brainstrorming,
synectics, dll)
d. Memfasilitasi proses kelompok yang efektif

Tidak ada komentar:

Posting Komentar